Student Exchange #1 : Passion and Experience

Salam!

Hai, welcome to my blog site. 

Anyway, maksud tulisan ini sebenernya akan menceritakan beberapa hal yang sudah saya lalui sejauh ini. Ya tentunya semua ini akan membahas tentang student exchange atau pertukaran pelajar atau international exposure.

Ok, sebelumnya sekilas kenapa saya memakai blog adalah...., yak, biar semua cerita yang sekiranya   sampaikan biar dapat wadah dan jangkauan yang luas saja sih. Dan tentunya blog ini gratis haha. Sederhananya, disini saya bisa berbagi cerita lebih banyak dan leluasa jika dibandingkan di instagram atau postingan media sosial lainnya. Itulah kenapa saya menamai judul blog ini sebagai WRITE, SHARE, AND INSPIRE. Harapannya sih bisa bermanfaat bagi yang membaca, dan hanya itu saja yang saya inginkan dari tulisan blog ini. So happy if you got inspired from me. 

Okay, lets talk about the main story I would like to share. Cerita akan saya mulai dari semenjak SMA, ya mungkin terlalu kejauhan tapi ini harus diceritakan karena agar tidak ada missing story.


Welcome Party for Exchange Student in Yamagata University


Apa sih yang terlintas jika kita mendengar student exchange atau pertukaran pelajar? atau study abroad. Beberapa dari kalian mungkin pernah ikut student exchange atau kegiatan international atau bahkan pernah ke luar negeri. Yak, student exchange tentunya diperuntukkan bagi siswa yang akan belajar di negera orang dalam batas waktu tertentu namun bukan sebagai mahasiswa full time di tempat dia belajar. Jujur, asyik kok ikut student exchange itu. By the way, saya pernah student exchange 2 kali, tahun 2018 lalu saya berkesempatan ikut program student exchange ke Philippines melalui program AIMS ( aims program ) dan saat ini saya sedang menempuh program student excgange di Jepang, dan pernah 2 kali mengikuti semacam community service kerjasama Indonesia dan Jepang.

Barangkali yang mengikuti instagram saya, akan tahu betapa seringnya saya kesana kemari mengikuti berbagai hal, kegiatan atau program yang berkaitan dengan International Exposure. Dan itu banyak ditanyakan, kenapa sih ikut ini itu, ntar kuliahnya lulus lama, buang-buang waktu, nggak ada uang, dan ribet. Yap, you're right, but not correct. Ada banyak hal yang tidak mereka tahu, betapa worth it nya kegiatan ini. 

Sebenarnya, saya juga tidak tahu dari mana passion atau keinginan untuk ikut international exposure seperti ini muncul. Hanya menebak saja, bisa jadi itu saat semasa duduk di bangku SMA. Kalian tahu, saat masih kelas 1 SMA di daerah Bantul, Yogyakarta. Saya sudah punya tekat dan ketertarikan untuk berkuliah di luar negeri. Gila gk sih, masih kelas 1 SMA yang notabene nya masih anget angetnya lulus SMP tapi pikirannya mau kuliah di luar negeri. Dulu pas istirahat jam kedua, saya sering ke perpustakaan hanya sekedar nongkrong di depan komputer perpus dan buka Youtube buat lihat video profil Universitas di luar negeri. 

Masih ingat bener, saya dicap sebagai mahasiswa perpus yang kerjaannya ke perpustakaan, tapi bukan kutu buku, karena saya gk baca buku tebel-tebel dan banyak, tapi justru sering ke perpus ya cuma karena adem, dan kadang alesannya ya karena gk punya duit buat jajan di kantin haha.
Tapi, sejujurnya saat itu merupakan awal bagi saya untuk kenal dan semakin tertarik kenapa saya suka dengan hal-hal berbau international exposure, study abroad, atau student exchange.

Nah, waktu SMA itu, aku daftar suatu program beasiswa sarjana full yang dulu namanya Monbukagakusho atau sekarang namanya MEXT ( monbukagakusho ) dan Mitsui Busan Scholarship ( mitsui busan ). Tapi hanya sampai pengiriman berkas administrasi karena gk lolos, gk dipanggil-panggil haha. Yawis lah, lagian saat itu juga baru seumur jagung istilahnya jadi nggak serius banget.

Ketertarikan dengan student exhange atau international exposure masih berlanjut ketika masuk perguruan tinggi. Ada banyak cerita tentang masuk perguruan tinggi ini, milih jurusan dan akhirnya takdir mengirimkan saya masuk ke universitas ini, ( Universitas Gadjah Mada ). Sebagai siswa yang lulus saat itu, pikirannya dulu sangat idealis ingin masuk jurusan ini karena ini. Tapi berbagai hal dilalui, dulu masih SNMPTN masih memakai aturan 75% siswa terbaik dapat mengikuti SNMPTN (masuk perguruan jalur nilai raport), tapi alhasil gk lolos karena terlalu menghayal memilih jurusannya haha.
Dan sebagai mahasiswa jurusan Pertanian, red. Proteksi Tanaman UGM (faperta ugm ), menjadi jalan penyambung beberapa kisah menarik tentang pengalaman international exposure saya.

Gedung Rektorat Universitas Gadjah Mada. source : https://www.google.com/ 
Di tahun pertama, masih sibuk mencari-cari jati diri dan kertarikan serta minat bakat haha. Dan, ternyata ketertarikanku masih sama seperti waktu SMA. Yak, saat itu saya banyak searching tentang program beasiswa ke luar negeri, student exchange, kompetisi international dan semacamnya. Gk sedikit juga saya tanya-tanya ke kakak tingkat yang sudah pernah ikut kegiatan semacam ini, dan banyaknya informasi biasanya saya dapatkan di laman website Kampus atau fakultas, kalau di UGM bisa akses di OIA ( Office of International Affairs) lembaga yang mengurusi hal-hal terkait studi di luar negeri, beasiswa, dan kerjasama luar negeri ( OIA UGM ). Informasi yang disediakan sangat lengkap, bahkan sangat akomodatif. Tentunya tinggal mau dimanfaatkan atau tidak fasilitas seperti ini, back to yourself. 

Nah, tapi untuk mahasiswa di tingkat pertama, semester 1 dan 2, biasanya jarang informasi yang disediakan, karena kebanyakan informasi student exchange itu di tawarkan bagi mahasiswa tahun ke 3 atau 4. Tapi jangan berkecil hati, bahwa nyatanya masih ada kok kegiatan student exchange atau international exposure  untuk mahasiswa tingkat 1 dan 2. Nyatanya saya dapat haha.
Saat itu saya mendaftar program beasiswa AIMS (ASEAN International Mobility for Students Programme) kayaknya namanya sekarang diganti ASIAN untuk ASEAN nya kalau tidak salah,  karena di perluas jangkauannya tidak hanya ASEAN tapi Jepang dan Korea juga bergabung dalam program ini. Programnya gimana? tentunya fully funded, ada sih yang partial atau self funded. Kepoin aja ke Departemen atau Fakultas masing-masing, tapi kalau di UGM hanya tersedia untuk 2 fakultas, yaitu Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) dan Fakultas Pertanian (Faperta). Saya tidak tahu kenapa haha.
and how lucky I am, this is not my lucky without His permission, Allah Swt. Di tahun ke 1, saya banyak menggali informasi dan tanya-tanya tentang bagaimana apply beasiswa student exchange ini, yaa karena gk semua mahasiswa pertanian saat itu mau mengikuti hal seperti ini karena berbagai kemungkinan yang ditakuti, dan alasan pribadi yang mungkin saya tidak tahu, tapi hal ini begitu ironis, dikala kampus yang selalu menjunjung Locally rooted, globally respected ini menyedikan begitu baik dan banyaknya fasilitas belajar di luar negeri tapi sedikit peminatnya, yaa... thats the problem and their rights.

Tapi, sebelum itu, ada singkat cerita juga, bahwa di semester 3 saya mendapatkan informasi tentang program community service yang berbasis international, namanya SUIJI-SLP atau Six University Initiative Japan Indonesia- Service Learning Program. Yak, sesuai namanya, program ini merupakan program semacam pemberdayaan masyarakat, KKN gitu istilahnya, tapi diinisiasi oleh 3 perguruan tinggi di Indonesia (UGM, IPB, UNHAS) dan 3 perguruan tinggi di Jepang (Ehime Univ, Kochi Univ, Kagawa Univ). Kegiatan ini diselenggarakan setahun 2 kali di Indonesia (bulan Februari-Maret) dan di Jepang (bulan Agustus-September). More info di link ini ( SUIJI-SLP IMO SITE ). atau bisa cari di internet yaa.. mbah google banyak :) 

Nah sebenarnya saat itu dalam poster tertera bahwa kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa yang sudah tidak mengambil mata kuliah dan praktikum, tetapi saat itu yang posisinya saya masih semester 3 dan anak faperta UGM tahu lah gimana laporan praktikum saat itu haha, yaa saya memberanikan diri untuk daftar, dengan berbekal niat dan mencoba peluang, akhirnya saya lolos juga. Syukur alhamdulillah, itu menjadi salah satu progress yang baik semenjak masuk perguruan tinggi. 

Foto bersama dengan mahasiswa Jepang - UGM untuk SUIJI-SLP Indonesia

Perjuangan tidak berhenti disitu untuk meraih beberapa hal yang saya sukai, saat SUIJI berlangsung tepatnya sekitar bulan Maret awal, pengumuman pendaftaran program AIMS dibuka, dan saya langsung kepoin dong, dan saat itu saya sudah memikirkan secara matang dan langsung mempersiapkan beberapa dokumen administrasi untuk seleksi berkas. Saat itu saya berjani kepada teman SUIJI saya yang dari Jepang bahwa suatu saat saya akan menyusul dan mengunjungi negara Jepang. Niatnya saya akan mendaftar student exchange dengan negara tujuan Jepang, tepatnya di Ibaraki University. Saya apply dengan menyiapkan dokumen seperti motivation letter, sertifikat TOEFL, formulir, traskrip akademik, KTM, dan seterusnya). Alhamdulillah saya lolos seleksi administrasi, dan majulah ke tahap wawancara dimana merupakan tahap paling menentukan, ada keseruan sih dalam tahap wawancara ini, saat itu saya di interview oleh 2 orang dosen. Terjadi perdebatan yang cukup seru karena disisi saya berkemauan ke Jepang sebagai negara tujuan, tapi interviewer kita memojokkan untuk mengambil negara lain. Yak, memang program AIMS ini ada berbagai negara tujuan yaitu Jepang (Ibaraki University, Tokyo University of Agriculture and Technology), Malaysia (University Putra Malaysia), Philippines (UPLB), Korea, Thailand (Kasetsart University), dan semacamnya.


Yahh tahu kan ya, daripada ngotot dengan argumentasi yang sekiranya malah jadi bomerang, diakhir saya accept untuk memilih UPLB Philippines. Yah tentu ada rasa kecewa sedikit tidak dapat memilih Jepang sebagai negara tujuan saya, tapi saya bersyukur bagaimana perjuangan saya sampai saat itu dan tentunya saya menjadikan ini sebagai peluang dan gerbang untuk membuka sayap saya di dunia international. That was my precious chance I can be overseas student and such an amazing experience I can see the new thing I can't see here. 

"Ada kalanya kita harus mengambil suatu keputusan yang memang tidak kita sukai, tapi ada banyak kejutan dan hal yang menakjubkan menanti di belakang jika kita bersyukur dengan hal itu."

Bagaimana pun pengalaman pertama student exchange saya adalah di University of the Philippines Los Banos ( UPLB Philippines ). 

International Cultural Night at UPLB Philippines tahun 2018.


Tidak cukup puas sampai disini, saya kemudian kembali mendaftar student exchange untuk kedua kalinya, tapi program ini saya pilih karena merupakan research program, jadi bisa digunakan untuk tugas akhir, skripsi. Nama programnya adalah STEP-YU, sebenernya saya tidak tahu tepat apa nama resmi dan yang benar dari program ini, tapi karena program ini bersifat internal UGM dengan Yamagata University yang dibiayai dengan skema JASSO ( JASSO ). 

Yamagata University, Tsuruoka Campus, source : http://google.com/


Yak, program ini diperuntukkan untuk mahasiswa berlatar belakang pertanian, dan berada di tahun ke-3 atau 4 pada jenjang S1 dan diperuntukkan juga untuk mahasiswa Master (S2).
Seleksinya seperti pada umumnya, yaitu seleksi administrasi dan wawancara, serta nanti tetap diperlukan beberapa administrasi pendukung setelah dinyatakan diterima.

Untuk program student exchange di Yamagata University ini, akan saya bahas secara khusus di postingan selanjutnya yaa.

Itulah beberapa kegiatan yang saya ikuti terkait International Exposure. Sebenarnya ini belum menceritakan bagaimana saya merencakan, mengambil keputusan, tentang rencana hidup dan studi saya sih, tapi insha allah next time akan saya share cerita khusus tentang hal itu.

Thank you so much for your interest. Semoga apa yang saya sampaikan diatas ini dapat bermanfaat dan memacu semangat teman-teman untuk memperluas jaringan dan kualitas diri.

See you!



Komentar

  1. ᐈ Best Casino site ᐈ Best Live Casino Online
    ➤ Best Casino Sites ✓ Casino Games ✓ Bonuses luckyclub.live ✓ Games ✓ Free Spins ✓ Casino & Slots ✓ Desktop and Mobile ✚ Best Casino Sites.

    BalasHapus
  2. keren, semoga bisa melakukan student exchange. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

    BalasHapus

Posting Komentar